Tentang Saya

 Ditakdirkan Allah hijrah dari kota Malang, Jatim ke Papua lewat materai 6 ribu yang ditandatangani pas tes PNS yang isinya bersedia ditempatkan dimana saja di wilayah Republik Indonesia. Magang 2 bulan di Kota Jayapura sebelum penempatan di Kabupaten Boven Digoel dan mengabdi di sana selama 3,5 tahun. Dipindahkan ke Kabupaten Merauke dan akhirnya ketemu suami di kota rusa ini :)

Ga ada yang tidak indah dari rencana Allah. Jauh dari keluarga membuat diri jadi lebih mandiri. Apalagi seumur hidup saya tidak pernah jauh dari orang tua. Mengenyam pendidikan dari TK hingga perguruan tinggi semua di Malang. Tidak pernah namanya menjadi anak kos, apalagi anak warung. Makan selalu di rumah, kami sekeluarga bisa dikatakan besar dengan masakan almarhumah Ibu, tidak kenal dengan makanan warung selain beli lalapan ayam/tahu tempe,pecel,rujak cingur,tahu lontong, soto atau rawon saat Ibu tidak masak. Pokoknya dunia kuliner saya sangat terbatas.

Hidup di Papua jadi mengenal yang namanya warung, soalnya jelas tidak punya tempat untuk masak. Mulai kenal juga dengan makanan Padang, coto dan konro. Untungnya lidah ga rewel, bisa makan apa aja. Mulai dari mi instan campur sarden sampe makanan hotel bintang 4 bisa masuk semua. Mungkin gara-gara itu juga ya bodi jadi melar ga terkendali hehehe...

Saya yang ga pernah injak dapur, karena di rumah semua ibu yang masak, tiba-tiba diserahi urusan dapur oleh orang kantor yang isinya laki-laki semua. Mentang-mentang dapat pegawai perempuan ini, langsung dianggap bisa urusan perdapuran. Dan jadilah mengamalkan peribahasa bisa karena terpaksa hehehe...

Dari yang tidak pernah menginjakkan kaki di dapur menjadi tempat hiburan favorit di rumah adalah dapur butuh proses yang panjang. Benar-benar belajar dari tanya kanan kiri, telpon rumah, telpon teman saat mau cari resep.

Saya yakin, keterbatasan justru membuat kita belajar banyak hal. Dan sampai sekarang, saya juga masih terus belajar walau tentu saja dengan kondisi yang jauh lebih mudah dari saat pertama kali menginjakkan kaki di Papua.

Memasak menggunakan kompor minyak tanah, tidak ada listrik, sinyal susah, dijadikan pengalaman hidup yang memperkaya diri. Apalagi sekarang fasilitas sudah jauh lebih lengkap dan arus informasi yang mudah diakses, semakin membuat saya semangat belajar untuk hobi saya, berkutat di dapur dan bereksperimen dengan resep-resep baru 😁


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Best pizza dough, murah dan praktis

  Yang hobi makan pizza? Yuk ngacung bareng saya 😆 Dulu saya tidak terlalu ngefans sama pizza, lebih tepatnya ga kenal karena g...